BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Al-Quran adalah firman Allah SWT yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Secara bertahap melalui perantara
malaikat jibril, didalamnya berisi tentang berbagai macam ilmu-ilmu ketauhidan,
syariat, aqidah, muamalah dan ilmu-imu yang lain, Al-Quran merupakan kitab
penyempurna dari tiga kitab yang diturunkan Allah SWT kepada nabi-nabi
sebelumnya yaitu Taurat, Injil dan Zabur, ciri bahasa Al Quran adalah global atau
masih bersifat umum, oleh karenanya dalam memahami Al Quran dibutuhkan penafsiran
secara mendalam. Penafsiran Al Quran yang pertama kali dilakukan oleh Nabi Muhammad
SAW kemudian berlanjut pada masa sahabat-sahabat nabi diteruskan oleh tabiin,
didalam Al-Quran akan banyak dijumpai ayat-ayat yang menyebutkan tentang keEsaan
Allah SWT, bagaimana eksistensi Allah dalam segala hal serta janji-janji Allah dan
fitrah mengenal Allah.
Dalam makalah ini kami akan mencoba menyampaikan beberapa
ayat yang menyajikan tentang sifat-sifat Allah SWT yang mencakup ayat-ayat yang
berhubungan dengan sifat-sifat Allah SWT serta dengan didukung
literatur-literatur yang telah kami dapatkan
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Q.S Al-Hujurat Ayat 18
Artinya:
”Sesungguhnya
Allah mengetahui apa yang ghaib di langit dan bumi. dan Allah Maha melihat apa
yang kamu kerjakan”.
Ayat ini menerangkan Sesungguhnya
Allah-lah Yang Maha Mengetahui apa-apa yang gaib di langit dan di bumi. Dia-lah
yang melihat apa yang tersembunyi di dalam hati, dan apa yang diucapkan oleh
lidah karena Allah Maha Melihat apa yang dikerjakan oleh seluruh hamba-hamba
Nya.
Dengan memahami sifat besar Allah ini, hendaknya kita selalu
berhati-hati dalam berbuat. Kita sadar bahwa kita tidak bisa membohongi atau
menyembunyikan kebohongan apa pun di hadapan Allah. Kepada manusia kita bisa
berbohong, tapi tidak terhadap Allah, karena Allah melihat segala perbuatan
kita.
Kelak di kemudian hari akan
ditampakkan segala perbuatan dan kebohongan yang kita sembunyikan. Oleh sebab
itu berbuat baiklah selalu, supaya kita tidak perlu merasa takut dan cemas jika
suatu saat seluruh perbuatan kita akan disaksikan dan dimintakan pertanggung jawabannya.
B.
Q.S Fushilat Ayat 40
Artinya:
“Sesungguhnya
orang-orang yang mengingkari ayat-ayat Kami, mereka tidak tersembunyi dari
kami. Maka Apakah orang-orang yang dilemparkan ke dalam neraka lebih baik,
ataukah orang-orang yang datang dengan aman sentosa pada hari kiamat?
perbuatlah apa yang kamu kehendaki; Sesungguhnya Dia Maha melihat apa yang kamu
kerjakan”.
Ayat ini menerangkan bahwa Allah
Maha Mengetahui semua yang dilakukan dan tipu daya yang dibuat oleh orang-orang
yang menentang Al-Qur’an menurut keinginan hawa nafsu mereka sendiri,
mengingkari, dan mencela. Tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi dan tidak
diketahui Allah. Oleh karena itu, dia akan membalas segala perbuatan mereka itu
dengan ganjaran yang setimpal.
Kemudian Allah menerangkan perbedaan
dan bentuk pembalasan yang akan diterima oleh orang-orang mukmin dan
orang-orang kafir di akhirat nanti dengan mengatakan bahwa orang-orang yang
dimasukkan ke dalam neraka karena mengingkari Allah, rasul, dan ayat-ayat-Nya
tidak sama dengan orang-orang beriman yang mempercayai ayat-ayat Al-Qur’an,
mengikuti rasul-Nya, dan mendapat surga. Allah akan menetapkan keputusan dengan
adil antara mereka dan balasan yang akan mereka peroleh tentu pula tidak sama.
Ayat ini ditujukan kepada seluruh
manusia yang kafir dan mukmin. Akan tetapi, sebagian ulama berpendapat bahwa
ayat ini berarti umum dan khusus. Umum meliputi seluruh manusia yang kafir dan
beriman, khusus berhubungan dengan Abu jahal yang mengingkari Rasulullah saw
dan orang-orang yang beriman kepadanya.
Diriwayatkan oleh ‘Abd ar-Razzaq,
Ibnu al-Munzir, Ibnu Asakir dari Busyair bin Tamim, ia berkata: “ayat ini
diturunkan berkenaan dengan Abu Jahal dan ‘Ammar bin Yasir”.
Pada akhir ayat ini, Allah
menegaskan bahwa Nabi Muhammad telah mengetahui akibat yang diperoleh orang-orang
yang berbuat dosa di akhirat nanti, dan akibat yang akan diperoleh orang-orang
yang beriman kelak. Oleh karena itu, manusia dipersilakan untuk melakukan apa
saja yang dikehendaki, ia telah mengetahui akibatnya. Allah melihat segala
perbuatan manusia dan memberi balasan sesuai dengan yang telah diperbuatnya.
C.
Q.S Al-Mujadalah Ayat 7
Artinya:
“Tidakkah kamu
perhatikan, bahwa Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di langit dan di
bumi? tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dia-lah
keempatnya. dan tiada (pembicaraan antara) lima orang, melainkan Dia-lah
keenamnya. dan tiada (pula) pembicaraan antara jumlah yang kurang dari itu atau
lebih banyak, melainkan Dia berada bersama mereka di manapun mereka berada.
kemudian Dia akan memberitahukan kepada mereka pada hari kiamat apa yang telah
mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu”.
Ayat ini menerangkan bagaimana luas,
dalam, dan lengkapnya pengetahuan Allah tentang makhluk yang diciptakan-Nya,
sejak dari yang kecil sampai kepada yang sebesar-besarnya. Diterangkan bahwa
ilmu Allah mencakup segala yang ada di langit dan di bumi, betapa pun kecil dan
halusnya. Jika ada tiga orang di langit dan di bumi berbisik-bisik, maka Allah
yang keempatnya. Jika yang berbisik dan mengadakan perundingan rahasia itu
empat orang, maka Allah yang kelimanya, dan jika yang berbisik dan mengadakan
perundingan rahasia itu lima orang maka Allah yang keenamnya. Bakhan berapa
orang saja berbisik dan mengadakan perundingan rahasia dan di mana saja mereka
melakukannya, pasti Allah mengetahuinya.
Penyebutan bilangan tiga, empat, dan
lima orang dalam ayat hanyalah untuk menyatakan bahwa biasanya perundingan itu
dilakukan oleh beberapa orang seperti tiga, empat, lima, dan seterusnya, dan
tiap-tipa perundingan itu pasti Allah menyaksikannya. Allah berfirman:
Artinya:
“tidaklah
mereka tahu bahwasanya Allah mengetahui rahasia dan bisikan mereka, dan
bahwasanya Allah Amat mengetahui segala yang ghaib”. (Q.S at-Taubah: 78)
Artinya:
“Apakah mereka
mengira, bahwa Kami tidak mendengar rahasia dan bisikan-bisikan mereka?
sebenarnya (kami mendengar), dan utusan-utusan (malaikat-malaikat) Kami selalu
mencatat di sisi mereka”. (Q.S
az-Zukhruf: 80)
Pada akhir ayat ini, Allah
menegaskan bahwa kebenaran tentang Allah Maha Mengetahui segala sesuatu itu,
barulah mereka mengetahui di hari Kiamat nanti, yaitu ketika dikemukakan
catatan amal mereka yang di dalamnya tercatat seluruh perbuatan yang pernah
mereka kerjakan selama hidup di dunia, yaitu berupa perbuatan baik maupun
perbuatan buruk, tidak ada satu pun yang dilupakan untuk dicatat. Pada saat
itu, orang-orang kafir barulah menyesali perbuatan mereka, tetapi penyesalan di
kemudian hari itu tidak ada gunanya sedikit pun.
D.
Q.S At-Tagabun Ayat 4
Artinya:
“Dia mengetahui
apa yang ada di langit dan di bumi dan mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan
yang kamu nyatakan. dan Allah Maha mengetahui segala isi hati”.
Ayat ini menyatakan bahwa Allah Maha
Mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi. Tidak satu pun yang tersembunyi
bagi-Nya. Dialah yang mengatur yang ada sesuai dengan ilmu-Nya yang luas dan
kekuasaan-Nya yang mencakup dan meliputi segala sesuatu menurut kehendak-Nya,
sebagaimana Allah berfirman:
Artinya:
“Sesungguhnya
keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya:
"Jadilah!" Maka terjadilah ia”. (Q.S
Yasin: 82)
Allah mengetahui segala sesuatu,
baik yang dirahasiakan apalagi yang tampak nyata. Maka seyogyanya manusia
berbuat sesuai dengan apa yang digariskan agama Allah yang dibawa junjungan
kita Nabi Muhammad saw yaitu agama Islam, untuk mendapat ridha-Nya, memperoleh
pahala yang berlipat-ganda, dan berbahagia di dunia dan akhirat.
Ayat ke-4 ini ditutup dengan satu
ketegasan bahwa Allah itu Maha Mengetahui segala isi hati, tidak ada sesuatu
pun yang tersembunyi bagi-Nya. Firman Allah:
4 ¨bÎ) ©!$# Èe@ä3Î/ >äóÓx« ÒOŠÎ=tæ ÇÏËÈ
Artinya:
“Sesungguhnya
Allah Maha mengetahui segala sesuatu”. (al-Ankabut:
62)
Dalam ayat lain Allah berfirman:
4 ¨bÎ) ©!$# 7LìÎ=tæ ÏN#x‹Î/ Í‘r߉Á9$# ÇËÌÈ
Artinya:
“Sesungguhnya
Allah Maha mengetahui segala isi hati”. (Q.S
Luqman: 23)
E.
Q.S Qashahs Ayat 84
Artinya:
“Barangsiapa
yang datang dengan (membawa) kebaikan, Maka baginya (pahala) yang lebih baik
daripada kebaikannya itu; dan Barangsiapa yang datang dengan (membawa) kejahatan,
Maka tidaklah diberi pembalasan kepada orang-orang yang telah mengerjakan
kejahatan itu, melainkan (seimbang) dengan apa yang dahulu mereka kerjakan”.
Ayat ini menerangkan bahwa siapa
yang di akhirat datang dengan membawa amal kebajikan, akan dibalas dengan yang
lebih baik, dan dilipatgandakan sebanyak-banyaknya. Tidak ada yang mengetahui
berapa kelipatannya kecuali Allah sebagai karunia dan rahmat-Nya. Rasulullah
saw bersabda:
مَنْ هَمَّ بِحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا
اللهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً وَاِنْ هَمَّ فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللهُ عِنْدَهُ
عَشْرَ حَسَنَاتٍ اِلَى سَبْعِمِائَةٍ ضِعْفٍ اِلَى اَضْعَافٍ كَثِيْرَاةٍ (رواه
البخارى ومسلم عن ابن عباس)
Artinya:
Siapa yang bermaksud akan mengerjakan satu kebaikan, kemudian tidak jadi
dikerjakannya, Allah mencatat pada sisi-Nya satu kebaikan yang sempurna, kalau
ia bermaksud mengerjakan satu kebaikan lalu dikerjakannya, maka Allah mencatat
(pahala) dengan sepenuh kebaikan sampai tujuh ratus kali lipat, bahkan lipat
ganda yang lebih banyak lagi. (Riwayat al-Bukhari dan Muslim dari Ibnu Abbas).
Dalam hadis lain Rasulullah saw bersabda:
وَاِنْ هَمَّ بِسَيِّئَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا
كَتَبَهَا اللهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً وَاِنْ هَمَّ بِهَا وَعَمِلَهَا
كَتَبَهَا اللهُ عِنْدَهُ سَيِّئَةً وَاحِدَةً (رواه البخارى ومسلم عن ابن عباس)
Artinya:
Dan barang siapa yang bermaksud mengerjakan satu kejahatan kemudian
tidak dikerjakannya, maka ditulislah oleh Allah swt di sisi-Nya satu kebaikan
yang sempurna, dan kalau ia bermaksud mengerjakan kemudian dikerjakannya, maka
Allah mencatatkan baginya hanya satu kejahatan saja. (Riwayat al-Bukhari dan Muslim dari Ibnu
Abbas).
Hal ini sesuai dengan firman Allah:
Artinya:
”dan barang
siapa yang membawa kejahatan, Maka disungkurkanlah muka mereka ke dalam neraka.
Tiadalah kamu dibalasi, melainkan (setimpal) dengan apa yang dahulu kamu
kerjakan”. (Q.S an-Naml:
90)
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Dari beberapa penjelasan ayat-ayat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa
banyak sekali ayat-ayat di dalam
Al-Quran yang menerangkan tentang sifat-sifat Allah SWT, seperti dalam
surat Q.S Al-Hujurat Ayat 18 dan Q.S
Al-Mujadalah Ayat 7 yang menerangkan bahwa Allah itu maha mengetahui segala yang gaib yang ada
dibumi maupun dilangit dan Allah melihat apa saja yang kita lakukan. Sebagai
seorang muslim kita diwajibkan untuk percaya dan mengimani akan hal tersebut
sehingga kita bisa menjadi seorang muslim yang memilki keimanan dan ketaqwaan
yang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Kementrian
Agama RI, Al-Qur’an & Tafsirnya Jilid VII. Jakarta. Lentera Abadi.
Kementrian
Agama RI, Al-Qur’an & Tafsirnya Jilid VIII. Jakarta. Lentera Abadi.
Kementrian
Agama RI, Al-Qur’an & Tafsirnya Jilid IX. Jakarta. Lentera Abadi.
Kementrian
Agama RI, Al-Qur’an & Tafsirnya Jilid X. Jakarta. Lentera Abadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar