BAB
I
PENDAHULUAN
Pemakaian
media pengajaran dalam proses belajar-mengajar dapat membangkitkan keinginan
dan minat yang baru, membangkitkan motifasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan
bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa, media juga mampu
meningkatkan pemahaman memudahkan penafsiran dan mendapatkan informasi. Oleh
karena itu sebagai guru yang menjunjung tinggi prinsif profesionalitas
seharusnya menghidupkan pembelajaran dengan media yang sebaiknya digunakan
dengan berbagai pertimbangan.
Media pembelajaran tarkib Untuk
mampu berbahasa Arab dengan baik dan benar, peserta didik perlu menguasai
tarkib atau susunan bahasa Arab yang biasa disebut dengan Nahwi dan Shorfy,
namun peserta didik bukan hanya sekedar memahami kaidah-kaidahnya akan tetapi
peserta didik juga harus mahir dalam menggunakan fungsi-fungsi tarkib dalam
kalimat, karena pola kalimat merupakan hal penting dalam pembelajaran tarkib.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Tarkib (Struktur Bahasa)
Tarkib dalam bahasa arab yaitu susunan yang ditinjau dari ilmu
nahwu dan ilmu shorof.
Pengertian dari ilmu nahwu sendiri adalah ilmu yang membahas
kedudukan kalimah dalam bahasa arab ditinjau dari segi I’rob dan bina’. Sedangkan
ilmu shorof adalah perubahan asal suatu kata kepada beberapa kata yang berbeda
untuk mencapai arti yang dikehendaki yang bisa tercapai hanya dengan perubahan
tersebut.
B.
Teknik Pembelajaran Struktur Bahasa
Seperti telah diutarakan di muka, dalam metode pengajaran bahasa
modern, pengajaran tata bahasa berfungsi sebagai penunjang tercapainya
kemahiran berbahasa. Tata bahasa bukan tujuan, melainkan sarana untuk dapat
menggunakan bahasa dengan benar dalam komunikasi.
Pada dasarnya, kegiatan pengajaran tata bahasa terdiri dari dua
bagian:
1.
Pengenalan
kaidah-kaidah bahasa (al-nahwu dan al-sharf)
Pengenalan kaidah dapat dilakukan
dengan cara dedukatif atau induktif.
a.
Cara
Dedukatif
Dimulai dengan pemberian kaidah yang
harus dipahami dan dihafalkan, kemudian diberikan contoh-contoh. Setelah itu
siswa diberi kesempatan untuk melakukan latihan-latihan untuk menerapkan kaidah
atau rumus yang telah diberikan.
Cara ini mungkin lebih disenangi oleh sebagian pembelajar bahasa
yang telah dewasa, karena dalam waktu singkat mereka telah dapat mengetahui
kaidah-kaidah bahasa, dan dengan daya nalarnya mereka dapat mengaplikasikan
kaidah-kaidah itu setiap kali diperlukan.
b.
Cara
Induktif
Dilaksanakan dengan cara, guru
pertama-tama menyajikan contoh-contoh, Setelah mempelajari contoh-contoh yang
diberikan, siswa dengan bimbingan guru menarik kesimpulan sendiri kaidah-kaidah
bahasa berdasarkan contoh-contoh tersebut.
Dengan cara ini, siswa secara aktif
berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran, yakni dalam menyimpulkan
kaidah-kaidah. Karena penyimpulan ini dilakukan setelah siswa mendapat latihan
yang cukup, maka pengetahuan tentang kaidah itu benar-benar berfungssi sebagai
penunjang keterampilan bahasa.
Suatu hal yang harus dihindari dalam pengenalan kaidah, baik dengan
cara deduktif maupun induktif, ialah kecendrungan berlama-lama dalam membahas
kaidah-kaidah tanpa sempat melakukan latihan berbahasa itu sendiri, sehingga
kegiatan di dalam kelas lebih menyerupai kegiatan analisis bahasa daripada
kegiatan berbahasa. Akibatnya pengetahuan tentang kaidah-kaidah itu hanya
tinggal sebagai pengetahuan.
2.
Latihan
Dril
Ada tiga jenis latihan masing-masing
bisa berdiri sendiri atau bisa merupakan urutan yang merupakan kesatuan, yakni:
a.
Latihan
mekanis
Pada dasarnya latihan ini bertujuan
menanamkan kebiasaan dengan memberikan stimulus untuk mendapatkan respon yang
benar. Latihan-latihan ini bisa diberikan secara lisan atau tertulis, dan
diintegrasikan dengan latihan keterampilan berbicara dan menulis.
b.
Latihan
bermakna
1)
Alat
peraga: baik berupa benda-benda alamiah maupun gambar-gambar, yang dipakai
untuk memberikan makna pada kalimat-kalimat yang dilatihkan.
2)
Situasi
kelas
Benda-benda yang ada di dalam kelas dapat dimanfaatkan untuk
pemberian makna.
c.
Latihan
Komunikatif
Latihan ini menumbuhkan daya kreasi
siswa dan merupakan latihan berbahasa yang sebenarnya. Oleh karena itu, latihan
ini sebaiknya diberikan apabila guru merasa bahwa siswa telah mendapatkan bahan
yang cukup (berupa kosa kata, struktur, dan ungkapan komunikatif) yang sesuai
dengan situasi dan konteks yang ditentukan.
C.
Macam-macam Media dalam Pembelajaran Tarkib
1.
Kubus
Struktur
Kubus struktur adalah sebuah kotak yang berbentuk kubus yang ke
semua sisinya ukurannya sama, kubus ini terbuat dari kertas yang kuat atau
triplek, yang didalamnya memuat unsur-unsur kalimah yang telah diajarkan oleh
guru.
Pada setiap sisi kubus ditulis kalimah dengan tujuan sebagai media
untuk mempelajari susunan kalimah. Misalkan saja pada kubus pertama dibuat kalimah
yang mempunyai kedudukan sebagai mubtada atau pada kubus kedua sebagai fi’il
pada kubus ketiga sebagai maf’ul bih pada kubus ke empat sebagai hal. Kalimah
itu diletakan pada kertas dan ditempelkan pada kubus. Kubus struktur ini cocok
untuk mempelajari kedudukan kalimah.
2.
Papan
Selip
Papan selip merupakan media yamg
berupa papan yang memiliki saku. Papan ini ditempelkan pada papan tulis yang
diletakan dari ujung kiri ke ujung kanan papan ini dibuat dari kartoon
ukurannya 100 cm x 70 cm. papan selip sangat membantu siswa dalam mempelajari
tarkib dan mengurutkan kalimah, menyempurnakan jumlah dengan mengganti gambar
sebagai kalimah. Lebih bagusnya untuk pembaca, membaca dulu.
3.
Proyektor
Transparansi
Transparansi yang di proyeksikan adalah visual baik berupa huruf,
gambar, grafik atau gabungannya pada lembaran tembus pandang atau plastik yang
dipersiapkan untuk diproyeksikan kesebuah layar atau dinding melalui sebuah proyektor.
Kemampuan proyektor membesar gambar membuat media ini berguna untuk menyajikan
informasi kelompok yang besar dan pada semua jenjang.
4.
Peta
Peta baik untuk dibuat sebagai media pembelajaran tarkib nahwu.
Contoh penggunaan peta penggunaan peta sebagai media pembelajaran tarkib.
Guru menunjukan peta Negara sambil berkataماهذه kemudian menjawab هذه
مصر kemudian menunjukan kenegara yang lain.
5.
Media
Kartu
Contoh: kartuفعل dan ضمير Siswa pertama
mengangkat kartu yang bertuliskan kata-kata فعل ماضى atau
فعل مضارع sedangkan siswa kedua dengan kartu yang bertuliskan ضمير hingga
kartu yang dipegang oleh siswa pertama habis dengan kartu yang dipegang oleh
siswa kedua.
D.
Struktur Kalimat dan Konteks Tarkib
Ketika mengajarkan struktur atau pola kalimat baru, sebaiknya guru
mengaitkannya dengan konteks dan kondisi riil kehidupan siswa. Hal ini akan
sangat membantu penjelasan makna dan penggunaan struktur baru itu.
Langkah-langkah yang bisa ditempuh adalah sebagai berikut:
1.
Contoh
konkret. Sebaiknya guru memberikan contoh-contoh konkret dan menghindari
contoh-contoh fiktif.
2.
Nama
konkret. Lebih baik guru menggunakan nama-nama siswa yang ada di kelas sebagai
contoh penerapan struktur bahasa yang baru diajarkan.
3.
Kalimat
riil. Kalimat-kalimat yang dijadikan contoh juga harus sesuai dengan kenyataan.
4.
Kata
kerja riil. Dalam memilih kata kerja yang akan dijadikan contoh penggunaan
struktur yang diajarkan, guru sebaiknya memilih kata kerja-kata kerja yang bisa
dilakukan oleh guru atau siswa di kelas.
E.
Prinsip-Prinsip Umum
Dalam pembelajaran struktur kalimat,
sebaiknya guru memperhatikan beberapa prinsip umum, yaitu:
1.
Guru
boleh saja menerangkan kaidah-kaidah yang berkaitan dengan struktur yang
diajarkan dengan syarat harus memperhatikan tingkat kemampuan siswa.
2.
Untuk
mengajar dikelas pemula sebaiknya guru menghindari penggunaan istilah-istilah nahwu
seperti Fa’il, Maf’ul, Mubtada’ khabar dan sebagainya. Namun jika
tingkat kemampuan siswa telah meningkat, guru bisa memperkenalkan
istilah-istilah tersebut secara bertahap.
3.
Guru
bisa membandingkan antara satu struktur kalimat dengan struktur kalimat lain
jika siswa telah benar-benar menguasai struktur yang diajarkan.
4.
Ketika
menyajikan struktur baru, guru perlu memperhatikan masalah pola dan maknanya
secara proposional.
5.
Dalam
mengajarkan struktur bahasa, guru bisa menggunakan dua jenis drill, yaitu
dimulai dengan drill secara lisan
kemudian diikuti dengan drill secara tertulis.
6.
Dalam
pengajaran struktur kalimat, guru harus mampu mengklasifikasikan jenis drill
yang cocok dilakukan secara lisan dan tertulis. Beberapa jenis drill yang cocok
diberikan secara lisan bisa saja tidak cocok kalau diberikan secara tertulis.
Begitu juga sebaliknya.
7.
Untuk
mendapatkan hasil yang optimal dan untuk menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan guru harus mampu melakukan variasi metode mengajar.
8.
Guru
harus melakukan review terhadap materi pelajaran struktur kalimat yang sudah
diajarkan.
9.
Untuk
mengajar kelas besar (jumlah siswanya banyak), guru bisa melakukan latihan
menirukan secara klasikal atau kelompok. Untuk mengajar di kelas kecil (jumlah
siswanya sedikit), guru bisa melakukan latihan menirukan secara individual.
10.
Dalam
mengajarkan struktur bahasa yang baru sebaiknya guru menuliskannya di papan
tulis dan dalam menyajikannya hendaknya menggunakan berbagai alat bantu baik
berupa audio maupul visual.
11.
Kosakata
yang mudah dan sudah dikenal siswa. Karena jika dalam mengajarkan struktur
bahasa baru guru menggunkan kosakata yang baru juga, hal ini bertentangan
dengan prinsip ilmu pendidikan atau tidak edukatif. Demikian juga dalam
mengajarkan kosakata, guru sebaiknya menghindari penggunaan struktur bahasa
yang baru dan belum diketahui oleh siswa.
F. Strategi-Strategi
Pembelajaran Tarkib
1.
Strategi Pembelajaran Tarkib pada tingkat dasar (Mubtadi’)
Menggunakan pendekatan kerja antara dua orang yang biasa disebut dengan The
Power of two.
a. Siapkan kertas latihan, model yang
digunakan dapat berupa bacaan yang didalamnya terdapat kata-kata yang ingin
dipelajari
b. Mintalah masing-masing siswa untuk mengerjakan
kalimat tersebut
c. Mintalah siswa untuk berkelempok
dua-dua dan mendiskusikan hasil kerja masing-masing
d. Mintalah pada masing-masing kelompok
untuk menyampaikan hasil kerja mereka.
e. Berikan kesempatan kepada kelompok
lain untuk memberikan komentar atau pertanyaan
f. Berikan klarifikasi terhadap hasil
kerja kelompok tersebut agar tidak terjadi kesalahan
2.
Strategi pembelajaran Tarkib pada tingkat menengah
(Mutawassit) Pada tingkat menengah ini dapat menggunakan Small Group
presentation.
a. Siapkan kertas yang berisi
potongan(potongan kata)
b. Bagilah siswa pada kelompok-kelompok
kecil (2-3 orang)
c. Mintalah masing-masing kelompok
untuk menuliskan kalimat yang disusun dari kata-kata tersebut
d. Mintalah masing-masing kelompok
untuk menyampaikan hasilnya di depan kelas
e. Berikan kesempatan pada kelompok
lain untuk memberikan komentar atau pertanyaan
f. Berikan klarifikasi terhadap kerja
kelompok tesebut dengan memberikan tambahan penjelasan tentang struktur kalimat
yang telah mereka pelajari.
3.
Strategi pembelajaran Tarkib pada tingkat lanjut (Mutaqaddim)
Strategi pembelajaran tarkib pada tingkat lanjut dapat menggunakan strategi
yang disebut dengan Chart Short.
a. Siapkan kertas yang telah dituliskan
dengan kalimat dengan struktur yang berbeda-beda
b. Bagikan kartu tersebut kepada para
siswa secara acak
c. Mintalah masing-masing siswa
berkelompok sesuai dengan kategori kalimat yang ada dalam kartu masing-masing
d. Mintalah masing-masing siswa
kelompok menuliskan kalimat-kalimat yang serupa tersebut dalam kertas maupun
dalam bentuk file
e. Mintalah masing-masing kelompok
menyampaikan hasilnya (presentasi) di depan kelas
f. Berikan kesempatan kelompok lain
untuk memberikan komentar atau pertanyaan
g. Berikan klarifikasi secara
menyeluruh dari hasil kerja kelompok tersebut
BAB III
PENUTUP
Dalam
suatu proses belajar mengajar, dua unsur yang penting adalah metode mengajar
dan media pembelajaran. Kedua aspek ini saling berkaitan. Pilihan salah satu
metode tertentu akan mempengaruhi jeis media pembelajaran yang sesuai, meskipun
masih ada berbagai aspek yang harus diperhatikan dalam memilih media. Media
mempunyai manfaat dan fungsi sebagai sarana bagi guru untuk dapat menyampaikan
materi pelajaran menjadi lebih menarik , tidak hanya monoton.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Khuli,
Muhammad Ali. Strategi Pembelajaran Bahasa Arab, baSan Publishing, Yogyakarta.
Efendy, Ahmad Fuad. Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, Miskat.
Malang
Gan klo tentang media peta, itu ada di buku karangan.a siapa? Referensi.a kurang jelas. Mohon jawabannya gan
BalasHapus