Assalamualaikum...

Assalamualaikum...

Selasa, 24 Desember 2013

Anatomi dan Desain Kurikulum



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Kurikulum, mungkin kata yang satu ini bukan lagi menjadi bahasa asing bagi kita semua khususnya para mahasiswa jurusan tarbiyah sebagai calon pendidik  profesional. Sempit pemahaman kita sering kali mengartikan Kurikulum sebagai kumpulan mata pelajaran atau bahan ajar. Akan tetapi, dapat juga kita artikan secara luas yaitu bahwa Kurikulum adalah meliputi semua pengalaman yang diperoleh siswa karena ada pengaruh atau bimbingan dan tanggung jawab rencana atau program pendidikan (written curriculum), dan juga pelaksana dari pada rencana tersebut (actual curriculum).
Kurikulum seperti pengertiannya, dapat juga dalam ruang lingkupnya mencakup lingkup sempit maupun lingkup luas. Kurikulum dalam cakupan luas yaitu sebagai program pengajaran pada suatu jenjang pendidikan, dan dalam cakupan yang sempit yaitu seperti program pengajaran suatu mata pelajaran untuk beberapa jam pelajaran. Akan tetapi kemudian pertanyan yang muncul, apakah dalam lingkup yang luas ataupun yang sempit kurikulum dapat membentuk desain yang menggambarkan pola organisasi daripada komponen-komponen kurikulum dengan perlengkapan penunjangnya? Dari hal tersebut di atas, dalam hal analisis dan desain kurikulum akan sangat diperlukan sekali pemahaman kita akan pentingya komponen-komponen kurikulum sendiri yang harus berjalan secara hierarkis dan saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya. Komponen-komponen kurikulum tersebut kemudian bukan hanya menjadi wacana yang hanya kita pelajari secara teoritis akan tetapi harus di aplikasikan dalam dunia sesungguhnya sehingga komponen tersebut dapat membentuk suatu gambaran akan bentuk ideal sebuah kurikulum.
B.     Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang menjadi pembahasan dalam karya ilmiah ini adalah:
1.      Apa yang dimaksud dengan Anatomi dan Desain Kurikulum?
2.      Apa saja komponen-komponennya?

C.    Tujuan Penulisan
1.      Mengetahui Apa yang dimaksud dengan Anatomi dan Desain Kurikulum.
2.      Mengetahui Apa saja komponen-komponennya.

D.    Metode Penulisan
Dalam penulisan karya ilmiah yang sangat sederhana ini, kami mengambil dari berbagai literatur-literatur  yang ada di perpustakaan. Dan kami juga mengambil sedikit banyaknya dari berbagai situs-situs internet yang berkaitan dengan pembahasan kami.








BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Anatomi dan Desain Kurikulum
Anatomi kita artikan dengan menggunakan arti struktur atau susunan juga bagian atau komponen.[1] Desain biasa diterjemahkan sebagai seni terapan, arsitektur, dan berbagai pencapaian kreatif lainnya. Dalam sebuah kalimat, kata "desain" bisa digunakan baik sebagai kata benda maupun kata kerja. Sebagai kata kerja, "desain" memiliki arti proses untuk membuat dan menciptakan obyek baru. Sebagai kata benda, "desain" digunakan untuk menyebut hasil akhir dari sebuah proses kreatif, baik itu berwujud sebuah rencana, proposal, atau berbentuk objek nyata. Dalam kaitannya hal ini di artikan sebagai proses dari pada pelaksanaan atau penerapan model kurkulum dalam dunia pendidikan. Proses desain pada umumnya memperhitungkan aspek fungsi, estetik dan berbagai macam aspek lainnya, yang biasanya datanya didapatkan dari riset, pemikiran, brainstorming, maupun dari desain yang sudah ada sebelumnya.
Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan. Penyusunan perangkat mata pelajaran ini disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan setiap jenjang pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan tersebut. Lama waktu dalam satu kurikulum biasanya disesuaikan dengan maksud dan tujuan dari sistem pendidikan yang dilaksanakan. Kurikulum ini dimaksudkan untuk dapat mengarahkan pendidikan menuju arah dan tujuan yang dimaksudkan dalam kegiatan pembelajaran secara menyeluruh.

B.     Komponen-Komponen Kurikulum
Komponen-komponen kurikulum terdiri dari:
1.      Tujuan
Tujuan kurikulum dirumuskan berdasarkan perkembangan tuntutan, kebutuhan dan kondisi masyarakat serta didasari oleh pemikiran-pemikiran dan terarah pada pencapaian nilai-nilai filosofis, terutama falsafah negara. Dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah 1975/1976 dikenal kategori tujuan sebagai berikut:
a.       Tujuan Pendidikan Nasional, tujuan jangka panjang, tujuan ideal pendidikan Bangsa Indonesia.
b.      Tujuan Institusional, merupakan sasaran pendidikan sesuatu lembaga pendidikan.
c.       Tujuan Kurikuler, adalah tujuan yang ingin dicapai oleh sesuatu program studi.
d.      Tujuan Instruksional, yang merupakan target yang harus dicapai oleh sesuatu mata pelajaran.
e.       Umum, jangka panjang.
f.       Khusus, jangka pendek. Mengajar dalam kelas lebih menekankan tujuan khusus, sebab hal itu akan dapat memberikan gambaran yang lebih konkret dan menekankan pada perilaku siswa, sedang perumusan tujuan umum lebih bersifat abstrak, pencapaiannya memerlukan waktu yang lebih lama dan lebih sukar diukur.
2.      Bahan Ajar
Tugas utama seorang guru adalah menciptakan lingkungan (lingkungan orang-orang, alat-alat dan ide-ide), untuk mendorong siswa melakukan interaksi yang produktif dan memberikan pengalaman belajar yang dibutuhkan. Cara untuk menyusun sekuens bahan ajar:
a.       Sekuens Kronologis, untuk menyusun bahan ajar yang mengandung urutan waktu.
b.      Sekuens Kausal, siswa dihadapkan pada peristiwa-peristiwa atau situasi yang menjadi sebab atau pendahulu dari sesuatu peristiwa atau situasi lain.
c.       Sekuens Struktural, bagian-bagian bahan ajar suatu bidang studi telah mempunyai struktur tertentu.
d.      Sekuens Logis dan Psikologis, menurut sekuens logis, bahan ajar dimulai dari bagian menuju pada keseluruhan, dari yang sederhana kepada yang kompleks, tetapi menurut sekuens psikologis sebaliknya dari keseluruhan kepada bagian, dari yang kompleks kepada yang sederhana.
e.       Sekuens Spiral, bahan ajar dipusatkan pada topik atau pokok  bahan tertentu.
f.       Rangkaian ke Belakang, mengajar dimulai dengan langkah terakhir dan mundur ke belakang.
g.      Sekuens berdasarkan hierarki belajar, prosedur model ini adalah: tujuan-tujuan khusus utama pembelajaran dianalisis, kemudian dicari suatu hierarki urutan bahan ajar untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.
3.      Strategi Mengajar
Penyusunan sekuens bahan ajar berhubungan erat dengan strategi atau metode mengajar. Pada waktu guru menyusun sekuens suatu bahan ajar, ia juga harus memikirkan strategi mengajar mana yang sesuai untuk menyajikan bahan ajar dengan urutan seperti itu.
Ada beberapa strategi yang dapat digunakan dalam mengajar, yaitu:
a.       Reception/Exposition Learning - Discovery Learning
Reception dan exposition sesungguhnya mempunyai makna yang sama, hanya berbeda dalam pelakunya. Reception learning dilihat dari sisi siswa sedangkan exposition dilihat dari sisi guru. Dalam discovery learning bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir, siswa dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan menghimpun informasi, membandingkan, mengkategorikan, menganalisis, mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan serta membuat kesimpulan-kesimpulan.
b.      Rote Learning - Meaningful Learning
Dalam rote learning bahan ajar disampaikan kepada siswa tanpa memperhatikan arti atau maknanya bagi siswa. Siswa menguasai bahan ajar dengan menghafalkannya. Dalam meaningful learning penyampaian bahan mengutamakan maknanya bagi siswa.
c.       Group Learning - Individual Learning
Pelaksanaan discovery learning menuntut aktivitas belajar yang bersifat individual atau dalam bentuk kelompok-kelompok kecil. Discovery learning dalam bentuk kelas pelaksanaannya agak sukar dan mempunyai beberapa masalah, diantaranya adalah karena kemampuan dan kecepatan belajar siswa tidak sama, maka kegiatan discovery hanya akan dilakukan oleh siswa-siswa yang pandai dan cepat, siswa-siswa yang kurang dan lambat akan mengikuti saja kegiatan dan menerima temuan-temuan anak-anak cepat. Anak-anak yang kurang dan lambat akan sangat menderita motivasi belajarnya.
4.      Media Mengajar
Pengelompokkan media mengajar menurut Rowntree (1974: 104-113) adalah:
a.       Interaksi Insani. Media ini merupakan komunikasi langsung antara dua orang atau lebih.
b.      Realita. Realita merupakan bentuk perangsang nyata seperti orang-orang, binatang, benda-benda, peristiwa, dan sebagainya yang diamati siswa. Dalam interaksi insani siswa berkomunikasi dengan orang-orang, sedangkan dalam realita orang-orang tersebut hanya menjadi objek  pengamtan, objek studi siswa.
c.       Pictorial. Media ini menunjukkan penyajian berbagai bentuk variasi gambar dan diagram nyata ataupun simbol, bergerak atau tidak, dibuat di atas kertas, film, kaset, disket dan media lainnya.
d.      Simbol Tertulis. Media penyajian informasi yang paling umum, tetapi tetap efektif.
e.       Rekaman Suara. Berbagai bentuk informasi dapat disampaikan kepada anak dalam bentuk rekaman suara.
5.      Evaluasi Pengajaran
Evaluasi ditujukan untuk menilai pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditentukan serta menilai proses pelaksanaan mengajar secara keseluruhan.
a.       Evaluasi Hasil Belajar-Mengajar. Dalam evaluasi ini disusun butir-butir soal untuk mengukur pencapaian tiap tujuan khusus yang telah ditentukan. Untuk tiap tujuan khusus minimal disusun satu butir soal. Menurut lingkup luas bahan dan jangka waktu belajar dibedakan antara evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.
b.      Evaluasi Pelaksanaan Mengajar. Untuk mengevaluasi komponen-komponen dan proses pelaksanaan mengajar  bukan hanya digunakan tes tetapi juga digunakan bentuk-bentuk nontes, seperti observasi, studi dokumenter, analisis hasil pekerjaan, angket dan cheklist.
6.      Penyempurnaan Pengajaran
Hasil-hasil evaluasi, baik evaluasi hasil belajar, maupun evaluasi pelaksanaan mengajar secara keseluruhan, merupakan umpan balik bagi penyempurnaan-penyempurnaan lebih lanjut. Sesuai dengan komponen-komponen yang dievaluasi, pada dasarnya semua komponen mengajar mempunyai kemungkinan untuk disempurnakan, bergantung pada kesimpulan-kesimpulan hasil evaluasi.[2]

C.    Desain Kurikulum
1.      Subject Centered Design
Kurikulum yang dipusatkan pada isi atau meteri yang akan diajarkan. Kurikulum tersusun atas sejumlah mata-mata pelajaran, dan mata-mata pelajaran tersebut diajarkan secara terpisah-pisah. isi kurikulum pada subjek ini berpusat pada mata pelajaran secara terpisah, kurikulum ini juga dinamakan separated subject curriculum.[3] Berkembang dari konsep pendidikan klasik yang menekankan pengetahuan nilai-nilai dan warisan budaya masa lalu, dan berupaya untuk mewariskannya kepada generasi berikutnya.
Model design curriculum ini mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan. Beberapa kelabihan ini adalah:
a.       Mudah disusun, dilaksanakan, dievaluasi dan disempurnakan.
b.      Para pengajarnya tidak perlu dipersiapkan secara khusus, asal menguasai ilmu atau bahan yang akan diajarkan sering dipandang sudah dapat menyampaikannya
Kekurangannya adalah:
a.       Karena pengetahuan diberikan secara terpisah, hal itu bertentangan dengan kenyataan, sebab dalam kenyataan pengetahuan itu merupakan satu kesatuan.
b.      Karena mengutamakan bahan ajar maka peran peserta didik sangat pasif .
c.       Pengajaran lebih menekankan pengetahuan dan kehidupan masa lalu, dengan demikian pengajaran lebih bersifat verbalistis dan kurang praktis.
2.      Leaner-centered design
Desain ini berbeda dengan subject centered, yang bertolak dari cita-cita untuk melestarikan dan mewariskan budaya, dan karena itu mereka mengutamakan peranan isi dari kurikulum.
Leaner centered, memberi tempat utama kepada peserta didik. Di dalam pendidikan atau pengajaran yang belajar dan berkembang adalah peserta didik sendiri.

Ada dua ciri utama model leaner centred:
a.       Leaner centered design mengembangkan kurikulum dengan bertolak dari peserta didik dan bukan dari isi.
b.      Leaner centered bersifat non-preplanned (kurikulum tidak diorganisasikan sebelumnya) tetapi dikembangkan bersama antara guru dengan siswa dalam penyelesaian tugas-tugas pendidikan.
3.      Problem centered design
Menekankan manusia dalam kesatuan kelompok yaitu kesejahteraan masyarakat. Konsep pendidikan para pengembang model kurikulum ini berangkat dari asumsi bahwa manusia sebagai makhluk sosial selalu hidup bersama.
Ada dua variasi model desain kurikulum ini:
a.       The Areas of Living Design
Model desain ini menggunakan pengalaman dan situasi-situasi nyata dari peserta didik seabagi pembuka jalan dalam mempelajari bidang-bidang kehidupan. Tiap pengalaman peserta didik sangat erat hubungannya dengan bidang-bidang kehidupan sehingga dapat dikatakan suatu desain kurikulum bidang-bidang kehidupan yang dirumuskan dengan baik akan merangkumkan pengalaman-pengalamn sosial peserta didik.
b.      The Core Design
Mayoritas memandang core curriculum sebagai suatu model pendidikan atau program pendidikan yang memberikan pendidikan umum. The core curriculum diberikan guru-guru yang memiliki penguasaan dan berwawasan luas, bukan spesialis, di samping memberikan pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan sosial, guru-guru tersebut juga memberikan bimbingan terhadap perkembangan sosial pribadi peserta didik.

Ada beberapa variasi desain core curriculum yaitu:
1)      The separate subject core
2)      The correlated core
3)      The fused core
4)      The activity/experience core
5)      The areas of living core
6)      The social problems core









BAB III
PENUTUP
A.    Simpulan
Anatomi dan Desain Kurikulum ini mendeskripsikan secara terperinci tentang komponen yang harus ada pada setiap kurikulum serta desain kurikulum yang dapat digunankan untuk proses pembelajaran. Wacana tersebut menyebutkan bahwa dalam kurikulum itu terdapat beberapa komponen, diantaranya adalah tujuan kurikulum, bahan ajar atau materi atau isi dari kurikulum tersebut, strategi mengajar atau metode mengajar, media mengajar dan evaluasi pengajaran serta penyempurnaan pengajaran. Komponen-komponen tersebut saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Setiap komponen mempunyai isi yang sangat penting sekali bagi kelangsungan kurikulum.










DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Dkk. Pengembangan kurikulum. Bandung : pustaka setia. 1998.
Muhammad Faizin, Anatomi dan Desain Kurikulum, dalam http://faizhijauhitam.blogspot.com/2009/10/anatomi-kurikulum.html.
Sukmadinata, Nana Syaodih, Pengembangan Kurikulum Teori Dan Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2009.
Wina Sanjaya, Kurikulum Pembelajaran, Teori dan Praktek Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group, cet, 3, 2010.


[1]Muhammad Faizin, Anatomi dan Desain Kurikulum, dalam http://faizhijauhitam.blogspot.com/2009/10/anatomi-kurikulum.html
[2] Drs. H. M. Ahmad,Dkk. Pengembangan kurikulum. ( bandung: pustaka setia).  h.17.
[3] Wina Sanjaya, Kurikulum Pembelajaran, Teori dan Praktek Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, cet, 3, 2010)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar