BAB I
PENDAHULUAN
Psikologi sebagai suatu ilmu yang
relatif mudah apabila
dibandingkan dengan ilmu-ilmu yang lain. Namun demikian telah cukup lama
masalah psikologi dibicarakan oleh para ahli. Psikologi pada mulanya merupakan
bagian dari filsafat yang kemudian memisahkan diri namun ini bukan berarti
psikologi tidak terkena pengaruh dengan filsafat.
Terpisahnya psikologi dari filsafat
dapat diidentifikasi dengan adanya aliran pertama dalam psikologi yaitu
strukturalisme (Wilhelm Wundt, 1832-1920). Kemudian aliran selanjutnya yaitu
fungsionalisme yang merupakan reaksi terhadap strukturalisme tentang
keadaan-keadaan mental.
Pendekatan fungsionalisme berlawanan
dengan pendahulunya, yaitu strukturalisme. Aliran fungsionalisme juga keluar
dari pragmatism sebagai sebuah filsafat. Aliran fungsionalisme berbeda dengan
psikoanalisa, maupun psikologi analytis, yang berpusat kepada seorang tokoh.
Fungsionalisme memiliki macam-macam tokoh antara lain Willian James, John
Dewey, James Rowland Anggell dan James Mc.Keen Cattell.
Aliran fungsionalisme merupakan
aliran psikologi yang pernah sangat dominan pada masanya, dan merupakan hal
penting yang patut dibahas dalam mempelajari psikologi. Adapun sekiranya dalam
tulisan ini akan membahas mengenai aliran fungsionalisme yang merupakan aliran
yang banyak mempengaruhi aliran-aliran psikologi modern.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Psikologi
Psikologi
berasal dari perkataan Yunani psyche yang artinya jiwa,
dan Logos yang artinya ilmu
pengetahuan. Jadi, secara etimologi psikologi artinya ilmu yang mempelajari
tentang jiwa, baik mengenai macam-macam gejalanya, prosesnya maupun latar
belakangnya. Dengan singkat disebut ilmu jiwa.
Di dalam
psikologi terdapat perbedaan antara nyawa dan jiwa.
Nyawa adalah daya jasmaniah yang
keberadaannya bergantung pada hidup jasmani dan menimbulkan perbuatan badaniah
yaitu perbuatan yang ditimbulkan oleh proses belajar. Misalnya jika jasmaniah
mati maka mati pula nyawanya.
Sedangkan
jiwa adalah daya hidup yang rohaniah yang bersifat abstrak, yang menjadi penggerak
dan pengatur bagi seluruh perbuatan-perbuatan pribadi dari hewan tingkat tinggi
dan manusia. Perbuatan pribadi ialah perbuatan sebagai hasil proses belajar
yang dimungkinkan oleh keadaan jasmani, rohaniah, sosial, dan lingkungan.
Karena
sifatnya yang abstrak, maka kita tidak dapat mengetahui jiwa secara wajar,
melainkan kita hanya dapat mengenal gejalanya saja. Jiwa adalah sesuatu yang
tidak tampak, tidak dapat dilihat oleh alat diri kita. Demikian pula dengan
hakikat jiwa.
Manusia dapat
mengetahui jiwa sesorang hanya dengan tingkah lakunya. Karena tngkah laku
merupakan kenyataan jiwa yang dapat kita hayati dari luar.
Pernyataan
jiwa itu kita namakan gejala-gejala jiwa, di antaranya mengamati, menanggapi,
mengingat, memikirkan, dan sebagainya. Dari itulah orang kemudian membuat
definisi: ilmu jiwa yaitu ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia.
B.
Definisi
Fungsionalisme
Tokoh dalam
aliran fungsionalisme bernama William James (1842-1910), banyak hal yang
merupakan paradoksal dari James dalam kaitannya dengan psikologi di Amerika.
Pada satu sisi ia meruapakan pelopor atau pendahulu bagi psikologi fungsional
di Amerika, ia merupakan pioneer psikologi modern di Amerika (Schultz dan
Schultz, 1992).[[1]]
Fungsionalisme
mengorientasi dalam psikologi yang menekankan pada proses mental dan menghargai
manfaat psikologi serta mempelajari fungsi-fungsi kesadaran dalam menjembatani
antara kebutuhan manusia dan lingkungannya. Maksudnya, fungsionalisme memandang
bahwa masyarakat adalah sebuah sistem dari beberapa bagian yang saling
berhubungan satu sama lain dan tak bisa dipahami secara terpisah.
Fungsionalisme
merupakan sebuah studi tentang operasi mental, mempelajari fungsi-fungsi
kesadaran dalam menjembatani antara kebutuhan manusia dan lingkungannya.
Fungsionalisme menekankan pada totalitas dalam hubungan pikiran dan perilaku.
Dengan demikian, hubungan antar manusia dengan lingkungannya merupakan bentuk
manifestasi dari pikiran dan perilaku.
Fungsionalisme
memandang bahwa pikiran, proses mental, persepsi indrawi, dan emosi adalah
adaptasi organisme biologis (Ash-Shadr, 1993:259-260). Drever menyebutkan
fungsionalisme (functional Psychology) lebih menekankan pada fungsi-fungsi dan
bukan hanya fakta-fakta dari fenomena mental, atau berusaha menafsirkan
fenomena mental dalam kaitan dengan peranan yang dimainkannya dalam kehidupan
atau suatu psikologi yang mendekati masalah pokok dari sudut pandang yang
dinamis bukan statis.[2]
Fungsionalisme juga memandang bahwa
psikologi tak cukup hanya mempersoalkan apa dan mengapa terjadi sesuatu
(strukturalisme) tetapi juga mengapa dan untuk apa (fungsi) suatu tingkah laku
tersebut terjadi. Fungsionalisme lebih menekankan pada aksi dari gejala psikis
dan jiwa seseorang yang diperlukan untuk melangsungkan kehidupan dan berfungsi
untuk penyesuaian diri terhadap lingkungan sekitar dan sosial.[3]
C.
Konsep
Fungsionalisme
Fungsionalisme
adalah orientasi dalam psikologi yang menekankan pada proses mental dan
menghargai manfaat psikologi serta mempelajari fungsi-fungsi kesadaran dalam menjembatani antara kebutuhan manusia dan lingkungannya.
Fungsionalisme memandang bahwa pikiran, proses mental, persepsi indrawi, dan emosi adalah adaptasi organisme biologis. Fungsionalisme lebih menekankan pada fungsifungsi dan bukan hanya fakta-fakta dari fenomena mental, atau berusaha menafsirkan fenomena mental dalam kaitan dengan peranan yang dimainkannya dalam kehidupan. Aliran fungsionalisme merupakan aliran psikologi yang pernah sangat dominan pada masanya, dan merupakan hal penting yang patut dibahas dalam mempelajari psikologi. Pendekatan fungsionalisme berlawanan dengan pendahulunya, yaitu strukturalisme. Aliran fungsionalisme juga keluar dari pragmatism sebagai sebuah filsafat. Aliran fungsionalisme berbeda dengan psikoanalisa, maupun psikologi analytis, yang berpusat kepada seorang tokoh.
Fungsionalisme memandang bahwa pikiran, proses mental, persepsi indrawi, dan emosi adalah adaptasi organisme biologis. Fungsionalisme lebih menekankan pada fungsifungsi dan bukan hanya fakta-fakta dari fenomena mental, atau berusaha menafsirkan fenomena mental dalam kaitan dengan peranan yang dimainkannya dalam kehidupan. Aliran fungsionalisme merupakan aliran psikologi yang pernah sangat dominan pada masanya, dan merupakan hal penting yang patut dibahas dalam mempelajari psikologi. Pendekatan fungsionalisme berlawanan dengan pendahulunya, yaitu strukturalisme. Aliran fungsionalisme juga keluar dari pragmatism sebagai sebuah filsafat. Aliran fungsionalisme berbeda dengan psikoanalisa, maupun psikologi analytis, yang berpusat kepada seorang tokoh.
D.
Ciri -Ciri
Fungsionalisme
Aliran
fungsionalisme memiliki beberapa ciri khas, yaitu :
1.
Menekankan pada fungsi mental
dibandingkan dengan elemen
elemen metal.
2.
Fungsi-fungsi psikologis
adalah adaptasi terhadap lingkungan sebagaimana adaptasi biologis Darwin.
Kemampuan individu untuk berubah sesuai tuntutan dalam hubungannya dengan
lingkungan adalah sesuatu yang terpenting.
3.
Sangat memandang penting aspek
terapan atau fungsi dari
psikologi itu sendirI
bagi berbagai bidang dan kelompok manusia.
4.
Aktivitas mental tidak dapat dipisahkan dari
aktivitas fisik, maka
stimulus dan
respons adalah suatu kesatuan.
5.
Psikologi sangat berkaitan
dengan biologi dan merupakan cabang
yang
berkembang
dari biologi. Maka pemahaman tentang anatomi dan fungsi fisiologis akan sangat
membantu pemahaman tentang fungsi mental.
6.
Menerima berbagai metode dalam
mempelajari aktivitas mental
manusia,
meskipun
sebagian besar riset dilakukan di Univ. Chicago (pusat perkembangn
fungsionalisme) menggunakn metode eksperimen, pada dasarnya aliran
fungsionalisme tidak berpegang pada satu metode inti. Metode yang digunnakan
sangat tergantung dari permasalahan yang dihadapi.
E. Metode-Metode
dalam Fungsionalisme
Aliran
ini mempelajari fungsi dan tingkah laku atau proses mental, bukan hanya
mempelajari struktural. Metode yang dipakai oleh aliran fungsionalisme dikenal
sebagai metode observasi tingkah laku dan instropeksi .
1.
Metode observasi
tingkah laku terbagi menjadi 2 (dua) yaitu:
a.
Metode Fisiologis
Menguraikan tingkah laku dari sudut pandang anatomi dan ilmu faal.
Jadi, mempelajari perilaku yang dikaitkan dengan organ-organ tubuh dan sistem
sarafnya.
b. Metode Variasi Kondisi
Tidak semua tingkah laku manusia dapat dijelaskan dengan anatomi
dan fisiologi, karena manusia mempunyai sudut psikologis. Metode variasi
kondisi inilah yang merupakan metode eksperimen dari aliran fungsionalisme.
2.
Metode
Instrospeksi
Stimulus
berasal dari lingkungan secara alamiah, bisa pada banyak bagian sekaligus
sehingga jiwa menunjukkan fungsinya. Metode ini terlalu bersifat subjektif
sehingga sulit di sistematikan dan sulit dikuantitatifkan.
F. Tokoh Fungsionalisme
Fungsionalisme mempunyai
dua aliran, namun pendiri fungsionalisme itu sendiri adalah:
1.
William James (1842-1910)
James
termasuk pendukung aliran evolusionalisme dan bersamaan John Dewey mendirikan
aliran fungsionalisme. James tergolong orang yang berpikiran bebas. Yaitu bebas
mengeluarkan dan mengembangkan ide atau kritik yang
orisinil. Salah satu jalan pikirannya adalah berusaha sedekat mungkin dengan
kenyataan.
2. James Rowland Angell (1867-1949)
Berasal dari keluarga terpelajar, ayah dan kakeknya pernah menjabat
sebagai rektor dari universitas besar di AS. Ia memperoleh gelar M.A. dari
Harvard dan menjadi murid William James di sana. Sepanjang karirnya ia tidak
pernah mendapat gelar Ph.D namun memperoleh 23 gelar doktor honoris causa. Ia
menjabat kepala departemen psikologi dan pernah menjabat sebagai presiden dari
APA.
Functional psychology adalah sebuah studi tentang operasi mental,
mempelajari fungsi-fungsi kesadaran dalam menjembatani antara kebutuhan manusia
dan lingkungannya. Fungsionalisme menekankan pada totalitas dalam hubungan mind
and body.
James memiliki tiga
pandanganterhadap fungsionalisme, yaitu:
a.
Fungsionalisme adalah psikologitentang
“mental operation” (aktivitas bekerjanya jiwa) sebagai lawan dari psikologi
tentang elemen-elemen mental
b.
Fungsionalisme adalah
psikologi tentang kegunaan dasar-dasar kesadaran. Ini juga disebut sebagai
teori emergensi dari kesadaran
c.
Fungsionalisme adalah
psiko-physic, yaitu psikologi tentang keseluruhan organisme yang terdiri dari
badan dan jiwa.
3. John Dewey
(1859-1952)
Latar belakangnya adalah seorang guru dan mendapat gelar PH.D dalam bidang filsafat. Ia kemudian mengajar di
University of Chicago dan ikut dalam perkembangan fungsionalisme di Chicago.
Tahun 1904 pindah ke Columbian University dan tinggal di sana hingga akhir
hayatnya.
Pandangan utamanya bahwa sebuah aksi psikologis adalah suatu kesatuan yang utuh, tidak dapat dipecah ke dalamm bagian-bagian atau elemen (seperti yang dilakukan oleh strukturalisme). Maka setiap psychological events tidak bisa dipandang sebagai konstruk-konstruk abstrak. Akan lebih bermanfaat apabila difokuskan pada fungsi psy. Events tersebut,
Pandangan utamanya bahwa sebuah aksi psikologis adalah suatu kesatuan yang utuh, tidak dapat dipecah ke dalamm bagian-bagian atau elemen (seperti yang dilakukan oleh strukturalisme). Maka setiap psychological events tidak bisa dipandang sebagai konstruk-konstruk abstrak. Akan lebih bermanfaat apabila difokuskan pada fungsi psy. Events tersebut,
yaitu dalam konteksnya sebagai adaptasi manusia.
4. Harvey A. Carr (1873-1954)
Carr menggantikan Angell sebagai Kepala Departemen Psikologi di Chicago
setelah menerima gelar Ph.Dnya. Pada masa ini fungsionalisme sudah menjadi
aliran yang mapan dan tidak terlalu bersaing lagi dengan strukturalisme. Bagi
Carr, aspek penting dari psikologi adalah perilaku adaptif manusia. Ia
menjelaskan berbagai fungsi mental manusia (perception, learning, emotion dan
thinking )dengan kerangka berpikir perilaku adaptif manusia.
G. Sumbangsih bagi Dunia Psikologi
1. Mengembangkan ruang lingkup psikologi dari segi kelompok subyek (anak, binatang) maupun
bidang kajian (psikologi abnormal, psychological testing, psikologi terapan). Hal
ini dimungkinkan karena aliran fungsionalisme lebih terbuka kepada perbedaan
individual dan bidang aplikasi daripada strukturalisme. Salah satu pelopor
psychological testing adalah James McKeen Cattell, mantan murid Wundt.
Selanjutnya bidang psychological testing ini menjadi salah satu bidang kajian
penting dan paling populer dalam psikologi.
2. Memperkenalkan pentingnya perilaku nyata sebagai representasi dari
aktivitas mental. Pandangan ini mempersiapkan jalan bagi berkembangnya aliran
baru, behaviorisme yang berpegang pada perilaku nyata sebagai satu-satunya
obyek psikologi.
3. Memperkenalkan konsep penyesuaian diri sebagai obyek psikologi.
Konsep adaptasi dan adjustmen ini menjadi konsep yang sangat penting dan
sentral bagi beberapa bidang studi psikologi selanjutnya, seperti kesehatan
mental dan psikologi abnormal.
H.
Kritik terhadap Fungsionalisme
1.
Kritik utama dari aliran strukturalisme adalah lebih
pentingnya isi/elemen mental daripada prosesnya. Pada masa dimana terjadi
persaingan ketat antara fungsionalisme dan strukturalisme, kritik ini cukup
mendapat perhatian penting.
2.
Kurang adanya fokus yang jelas dan terarah dalam
aliran fungsionalisme. Para tokoh tidak pernah terlalu jelas dan elaboratif
dalam mengungkapkan konsep-konsepnya dalam karya mereka. Akibatnya aliran ini
dianggap tidak terlalu utuh dan terintegrasi dan berdampak pada posisinya yang
kurang kuat sebagai sebuah sistem. Bersifat teleological, sesuatu ditentukan
oleh tujuannya. Hal ini menggambarkan orientasi pragmatisme yang seringkali
dikritik sebagai lebih berorientasi pada hasil dan tidak memperhatikan proses.
3.
Terlalu eklektik, mencampurkan berbagai ide dan
konsep dari beragam sumber sehingga terkesan kompromistis dan kehilangan bentuk
asli. Pada dasarnya, fungsionalisme memang tidak ingin muncul sebagai sebuah
aliran yang strict dan lebih memilih untuk dapat lebih fleksibel dalam mencapai
tujuan-tujuannya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Fungsionalisme adalah
aliran psikologi yang memandang bahwa manusia harus dipandang secara
menyeluruh. Apa yang dilakukan manusia sebagai aksi adalah hal yang kompleks
yang merupakan manifestasi dari jiwa dan mempunyai maksud tertentu bukan hanya
disebabkan oleh sesuatu hal. Fungsionalisme memandang bahwa pikiran, proses
mental, persepsi indrawi, dan emosi adalah adaptasi organisme biologis.
Beberapa ciri
fungsionalisme diantaranya adalah menekankan fungsi dibanding elemen mental,
memandang penting kemampuan individu untuk berubah sesuai tuntutan
lingkungannya, serta menerima berbagai metode dalam mempelajari aktivitas
mental manusia.
Terdapat dua metode yang
digunakan dalam fungsionalisme, yaitu : Metode observasi tingkah laku terbagi
menjadi Metode Fisiologis dan Metode Variasi Kondisi, serta Metode
Instrospeksi.
Aliran fungsionalisme dapat memberi
pengaruh positif dalam dunia psikologi, yaitu mengembangkan ruang lingkup
psikologi dari segi kelompok subyek (anak, binatang) maupun bidang kajian
(psikologi abnormal, psychological testing, psikologi terapan), memperkenalkan
pentingnya perilaku nyata sebagai representasi dari aktivitas mental dan
memperkenalkan konsep penyesuaian diri sebagai obyek psikologi.
DAFTAR PUSTAKA
Sobur Alex, Psikologi Umum,
Bandung: Pustaka Setia, 2003.
Sugihartoko dkk, Psikologi Pendidikan,
Yogyakarta: UNY Press, 2007.
Walgito Bimo, Pengantar Psikologi Umum,
Yogyakarta: ANDI Yogyakarta, 2004.
abdullatif09021991.blogspot.com/2012/03/psikologi-aliran-fungsionalisme.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar