Assalamualaikum...

Assalamualaikum...

Selasa, 19 Maret 2013

Psikologi Umum - Fungsionalisme


BAB I
PENDAHULUAN

Psikologi sebagai suatu ilmu yang relatif mudah apabila dibandingkan dengan ilmu-ilmu yang lain. Namun demikian telah cukup lama masalah psikologi dibicarakan oleh para ahli. Psikologi pada mulanya merupakan bagian dari filsafat yang kemudian memisahkan diri namun ini bukan berarti psikologi tidak terkena pengaruh dengan filsafat.
Terpisahnya psikologi dari filsafat dapat diidentifikasi dengan adanya aliran pertama dalam psikologi yaitu strukturalisme (Wilhelm Wundt, 1832-1920). Kemudian aliran selanjutnya yaitu fungsionalisme yang merupakan reaksi terhadap strukturalisme tentang keadaan-keadaan mental.
Pendekatan fungsionalisme berlawanan dengan pendahulunya, yaitu strukturalisme. Aliran fungsionalisme juga keluar dari pragmatism sebagai sebuah filsafat. Aliran fungsionalisme berbeda dengan psikoanalisa, maupun psikologi analytis, yang berpusat kepada seorang tokoh. Fungsionalisme memiliki macam-macam tokoh antara lain Willian James, John Dewey, James Rowland Anggell dan James Mc.Keen Cattell.
Aliran fungsionalisme merupakan aliran psikologi yang pernah sangat dominan pada masanya, dan merupakan hal penting yang patut dibahas dalam mempelajari psikologi. Adapun sekiranya dalam tulisan ini akan membahas mengenai aliran fungsionalisme yang merupakan aliran yang banyak mempengaruhi aliran-aliran psikologi modern.

BAB II
PEMBAHASAN

A.          Pengertian Psikologi
Psikologi berasal dari perkataan Yunani psyche yang artinya jiwa,
dan Logos yang artinya ilmu pengetahuan. Jadi, secara etimologi psikologi artinya ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik mengenai macam-macam gejalanya, prosesnya maupun latar belakangnya. Dengan singkat disebut ilmu jiwa.
Di dalam psikologi terdapat perbedaan antara nyawa dan jiwa.
Nyawa adalah daya jasmaniah yang keberadaannya bergantung pada hidup jasmani dan menimbulkan perbuatan badaniah yaitu perbuatan yang ditimbulkan oleh proses belajar. Misalnya jika jasmaniah mati maka mati pula nyawanya.
Sedangkan jiwa adalah daya hidup yang rohaniah yang bersifat abstrak, yang menjadi penggerak dan pengatur bagi seluruh perbuatan-perbuatan pribadi dari hewan tingkat tinggi dan manusia. Perbuatan pribadi ialah perbuatan sebagai hasil proses belajar yang dimungkinkan oleh keadaan jasmani, rohaniah, sosial, dan lingkungan.
Karena sifatnya yang abstrak, maka kita tidak dapat mengetahui jiwa secara wajar, melainkan kita hanya dapat mengenal gejalanya saja. Jiwa adalah sesuatu yang tidak tampak, tidak dapat dilihat oleh alat diri kita. Demikian pula dengan hakikat jiwa.
Manusia dapat mengetahui jiwa sesorang hanya dengan tingkah lakunya. Karena tngkah laku merupakan kenyataan jiwa yang dapat kita hayati dari luar.
Pernyataan jiwa itu kita namakan gejala-gejala jiwa, di antaranya mengamati, menanggapi, mengingat, memikirkan, dan sebagainya. Dari itulah orang kemudian membuat definisi: ilmu jiwa yaitu ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia.

B.           Definisi Fungsionalisme
Tokoh dalam aliran fungsionalisme bernama William James (1842-1910), banyak hal yang merupakan paradoksal dari James dalam kaitannya dengan psikologi di Amerika. Pada satu sisi ia meruapakan pelopor atau pendahulu bagi psikologi fungsional di Amerika, ia merupakan pioneer psikologi modern di Amerika (Schultz dan Schultz, 1992).[[1]]
Fungsionalisme mengorientasi dalam psikologi yang menekankan pada proses mental dan menghargai manfaat psikologi serta mempelajari fungsi-fungsi kesadaran dalam menjembatani antara kebutuhan manusia dan lingkungannya. Maksudnya, fungsionalisme memandang bahwa masyarakat adalah sebuah sistem dari beberapa bagian yang saling berhubungan satu sama lain dan tak bisa dipahami secara terpisah.
Fungsionalisme merupakan sebuah studi tentang operasi mental, mempelajari fungsi-fungsi kesadaran dalam menjembatani antara kebutuhan manusia dan lingkungannya. Fungsionalisme menekankan pada totalitas dalam hubungan pikiran dan perilaku. Dengan demikian, hubungan antar manusia dengan lingkungannya merupakan bentuk manifestasi dari pikiran dan perilaku.
Fungsionalisme memandang bahwa pikiran, proses mental, persepsi indrawi, dan emosi adalah adaptasi organisme biologis (Ash-Shadr, 1993:259-260). Drever menyebutkan fungsionalisme (functional Psychology) lebih menekankan pada fungsi-fungsi dan bukan hanya fakta-fakta dari fenomena mental, atau berusaha menafsirkan fenomena mental dalam kaitan dengan peranan yang dimainkannya dalam kehidupan atau suatu psikologi yang mendekati masalah pokok dari sudut pandang yang dinamis bukan statis.[2]
Fungsionalisme juga memandang bahwa psikologi tak cukup hanya mempersoalkan apa dan mengapa terjadi sesuatu (strukturalisme) tetapi juga mengapa dan untuk apa (fungsi) suatu tingkah laku tersebut terjadi. Fungsionalisme lebih menekankan pada aksi dari gejala psikis dan jiwa seseorang yang diperlukan untuk melangsungkan kehidupan dan berfungsi untuk penyesuaian diri terhadap lingkungan sekitar dan sosial.[3]

C.          Konsep Fungsionalisme
Fungsionalisme adalah orientasi dalam psikologi yang menekankan pada proses mental dan menghargai manfaat psikologi serta mempelajari fungsi-fungsi kesadaran dalam menjembatani antara kebutuhan manusia dan lingkungannya.
Fungsionalisme memandang bahwa pikiran, proses mental, persepsi indrawi, dan emosi adalah adaptasi organisme biologis. Fungsionalisme lebih menekankan pada fungsifungsi dan bukan hanya fakta-fakta dari fenomena mental, atau berusaha menafsirkan fenomena mental dalam kaitan dengan peranan yang dimainkannya dalam kehidupan. Aliran fungsionalisme merupakan aliran psikologi yang pernah sangat dominan pada masanya, dan merupakan hal penting yang patut dibahas dalam mempelajari psikologi. Pendekatan fungsionalisme berlawanan dengan pendahulunya, yaitu strukturalisme. Aliran fungsionalisme juga keluar dari pragmatism sebagai sebuah filsafat. Aliran fungsionalisme berbeda dengan psikoanalisa, maupun psikologi analytis, yang berpusat kepada seorang tokoh.

D.          Ciri -Ciri Fungsionalisme
Aliran fungsionalisme memiliki beberapa ciri khas, yaitu :
1.                          Menekankan pada fungsi mental dibandingkan dengan elemen
elemen metal.
2.                  Fungsi-fungsi psikologis adalah adaptasi terhadap lingkungan sebagaimana adaptasi biologis Darwin. Kemampuan individu untuk berubah sesuai tuntutan dalam hubungannya dengan lingkungan adalah sesuatu yang terpenting.
3.                          Sangat memandang penting aspek terapan atau fungsi dari
psikologi itu sendirI
bagi berbagai bidang dan kelompok manusia.
4.                           Aktivitas mental tidak dapat dipisahkan dari aktivitas fisik, maka
stimulus dan
respons adalah suatu kesatuan.
5.                          Psikologi sangat berkaitan dengan biologi dan merupakan cabang
yang
berkembang dari biologi. Maka pemahaman tentang anatomi dan fungsi fisiologis akan sangat membantu pemahaman tentang fungsi mental.
6.                          Menerima berbagai metode dalam mempelajari aktivitas mental
manusia,
meskipun sebagian besar riset dilakukan di Univ. Chicago (pusat perkembangn fungsionalisme) menggunakn metode eksperimen, pada dasarnya aliran fungsionalisme tidak berpegang pada satu metode inti. Metode yang digunnakan sangat tergantung dari permasalahan yang dihadapi.

E.    Metode-Metode dalam Fungsionalisme
Aliran ini mempelajari fungsi dan tingkah laku atau proses mental, bukan hanya mempelajari struktural. Metode yang dipakai oleh aliran fungsionalisme dikenal sebagai metode observasi tingkah laku dan instropeksi .
1.            Metode observasi tingkah laku terbagi menjadi 2 (dua) yaitu:
a.        Metode Fisiologis
Menguraikan tingkah laku dari sudut pandang anatomi dan ilmu faal. Jadi, mempelajari perilaku yang dikaitkan dengan organ-organ tubuh dan sistem sarafnya.
b.      Metode Variasi Kondisi
Tidak semua tingkah laku manusia dapat dijelaskan dengan anatomi dan fisiologi, karena manusia mempunyai sudut psikologis. Metode variasi kondisi inilah yang merupakan metode eksperimen dari aliran fungsionalisme.
2.            Metode Instrospeksi
Stimulus berasal dari lingkungan secara alamiah, bisa pada banyak bagian sekaligus sehingga jiwa menunjukkan fungsinya. Metode ini terlalu bersifat subjektif sehingga sulit di sistematikan dan sulit dikuantitatifkan.

F.   Tokoh Fungsionalisme
Fungsionalisme mempunyai dua aliran, namun pendiri fungsionalisme itu sendiri adalah:
1.      William James (1842-1910)
James termasuk pendukung aliran evolusionalisme dan bersamaan John Dewey mendirikan aliran fungsionalisme. James tergolong orang yang berpikiran bebas. Yaitu bebas mengeluarkan dan mengembangkan ide atau kritik yang orisinil. Salah satu jalan pikirannya adalah berusaha sedekat mungkin dengan kenyataan.
2.      James Rowland Angell (1867-1949)
Berasal dari keluarga terpelajar, ayah dan kakeknya pernah menjabat sebagai rektor dari universitas besar di AS. Ia memperoleh gelar M.A. dari Harvard dan menjadi murid William James di sana. Sepanjang karirnya ia tidak pernah mendapat gelar Ph.D namun memperoleh 23 gelar doktor honoris causa. Ia menjabat kepala departemen psikologi dan pernah menjabat sebagai presiden dari APA.
Functional psychology adalah sebuah studi tentang operasi mental, mempelajari fungsi-fungsi kesadaran dalam menjembatani antara kebutuhan manusia dan lingkungannya. Fungsionalisme menekankan pada totalitas dalam hubungan mind and body.

James memiliki tiga pandanganterhadap fungsionalisme, yaitu:
a.        Fungsionalisme adalah psikologitentang “mental operation” (aktivitas bekerjanya jiwa) sebagai lawan dari psikologi tentang elemen-elemen mental
b.        Fungsionalisme adalah psikologi tentang kegunaan dasar-dasar kesadaran. Ini juga disebut sebagai teori emergensi dari kesadaran
c.        Fungsionalisme adalah psiko-physic, yaitu psikologi tentang keseluruhan organisme yang terdiri dari badan dan jiwa.
3.      John Dewey (1859-1952)
Latar belakangnya adalah seorang guru dan mendapat gelar PH.D dalam bidang filsafat. Ia kemudian mengajar di University of Chicago dan ikut dalam perkembangan fungsionalisme di Chicago. Tahun 1904 pindah ke Columbian University dan tinggal di sana hingga akhir hayatnya.
Pandangan utamanya bahwa sebuah aksi psikologis adalah suatu kesatuan yang utuh, tidak dapat dipecah ke dalamm bagian-bagian atau elemen (seperti yang dilakukan oleh strukturalisme). Maka setiap psychological events tidak bisa dipandang sebagai konstruk-konstruk abstrak. Akan lebih bermanfaat apabila difokuskan pada fungsi psy. Events tersebut,
yaitu dalam konteksnya sebagai adaptasi manusia.
4.      Harvey A. Carr (1873-1954)
Carr menggantikan Angell sebagai Kepala Departemen Psikologi di Chicago setelah menerima gelar Ph.Dnya. Pada masa ini fungsionalisme sudah menjadi aliran yang mapan dan tidak terlalu bersaing lagi dengan strukturalisme. Bagi Carr, aspek penting dari psikologi adalah perilaku adaptif manusia. Ia menjelaskan berbagai fungsi mental manusia (perception, learning, emotion dan thinking )dengan kerangka berpikir perilaku adaptif manusia.

G.   Sumbangsih bagi Dunia Psikologi
1. Mengembangkan ruang lingkup psikologi dari segi kelompok subyek  (anak, binatang) maupun bidang kajian (psikologi abnormal, psychological testing, psikologi terapan). Hal ini dimungkinkan karena aliran fungsionalisme lebih terbuka kepada perbedaan individual dan bidang aplikasi daripada strukturalisme. Salah satu pelopor psychological testing adalah James McKeen Cattell, mantan murid Wundt. Selanjutnya bidang psychological testing ini menjadi salah satu bidang kajian penting dan paling populer dalam psikologi.
2. Memperkenalkan pentingnya perilaku nyata sebagai representasi dari aktivitas mental. Pandangan ini mempersiapkan jalan bagi berkembangnya aliran baru, behaviorisme yang berpegang pada perilaku nyata sebagai satu-satunya obyek psikologi.
3. Memperkenalkan konsep penyesuaian diri sebagai obyek psikologi. Konsep adaptasi dan adjustmen ini menjadi konsep yang sangat penting dan sentral bagi beberapa bidang studi psikologi selanjutnya, seperti kesehatan mental dan psikologi abnormal.


H.     Kritik terhadap Fungsionalisme
1. Kritik utama dari aliran strukturalisme adalah lebih pentingnya isi/elemen mental daripada prosesnya. Pada masa dimana terjadi persaingan ketat antara fungsionalisme dan strukturalisme, kritik ini cukup mendapat perhatian penting.
2. Kurang adanya fokus yang jelas dan terarah dalam aliran fungsionalisme. Para tokoh tidak pernah terlalu jelas dan elaboratif dalam mengungkapkan konsep-konsepnya dalam karya mereka. Akibatnya aliran ini dianggap tidak terlalu utuh dan terintegrasi dan berdampak pada posisinya yang kurang kuat sebagai sebuah sistem. Bersifat teleological, sesuatu ditentukan oleh tujuannya. Hal ini menggambarkan orientasi pragmatisme yang seringkali dikritik sebagai lebih berorientasi pada hasil dan tidak memperhatikan proses.
3. Terlalu eklektik, mencampurkan berbagai ide dan konsep dari beragam sumber sehingga terkesan kompromistis dan kehilangan bentuk asli. Pada dasarnya, fungsionalisme memang tidak ingin muncul sebagai sebuah aliran yang strict dan lebih memilih untuk dapat lebih fleksibel dalam mencapai tujuan-tujuannya.






BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Fungsionalisme adalah aliran psikologi yang memandang bahwa manusia harus dipandang secara menyeluruh. Apa yang dilakukan manusia sebagai aksi adalah hal yang kompleks yang merupakan manifestasi dari jiwa dan mempunyai maksud tertentu bukan hanya disebabkan oleh sesuatu hal. Fungsionalisme memandang bahwa pikiran, proses mental, persepsi indrawi, dan emosi adalah adaptasi organisme biologis.
Beberapa ciri fungsionalisme diantaranya adalah menekankan fungsi dibanding elemen mental, memandang penting kemampuan individu untuk berubah sesuai tuntutan lingkungannya, serta menerima berbagai metode dalam mempelajari aktivitas mental manusia.
Terdapat dua metode yang digunakan dalam fungsionalisme, yaitu : Metode observasi tingkah laku terbagi menjadi Metode Fisiologis dan Metode Variasi Kondisi, serta Metode Instrospeksi.
Aliran fungsionalisme dapat memberi pengaruh positif dalam dunia psikologi, yaitu mengembangkan ruang lingkup psikologi dari segi kelompok subyek (anak, binatang) maupun bidang kajian (psikologi abnormal, psychological testing, psikologi terapan), memperkenalkan pentingnya perilaku nyata sebagai representasi dari aktivitas mental dan memperkenalkan konsep penyesuaian diri sebagai obyek psikologi.

DAFTAR PUSTAKA
Sobur Alex, Psikologi Umum, Bandung: Pustaka Setia, 2003.
Sugihartoko dkk, Psikologi Pendidikan, Yogyakarta: UNY Press, 2007.
Walgito Bimo, Pengantar Psikologi Umum, Yogyakarta: ANDI Yogyakarta, 2004.
abdullatif09021991.blogspot.com/2012/03/psikologi-aliran-fungsionalisme.html


[1]Bimo Walgito, Psikologi Umum, (Yogyakarta: ANDI Yogyakarta, 2004), h.1
2 Alex Sobur, Psikologi Umum, (Bandung: Pustaka Setia, 2003), h. 106
3 Ibid.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar